ATRIBUT ULAMA DALAM PERNIKAHAN ADAT KOMERING (Berhasilnya Agama Islam dalam mewarnai budaya masyarakat Komering)
Pernah melihat beberapa atribut-atribut adat pernikahan bangsa kita?,
seperti suku Betawi, Aceh, Palembang dan khususnya daerah Komering
yang berada dipedalaman Sumatra Selatan serta beberapa daerah
lainnya..Kalau kita cermati ada satu ciri yang menarik terhadap
atribut-atribut dalam adat dan budaya perkawinan itu. Diantara sekian
atribut yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah gaya berpakaian
kedua mempelai terutama yang pria, ternyata hampir dapat dipastikan
atribut dari kepala sampai kaki bla kita perhatikan dengan teliti telah
mendapat pengaruh dari cara berpakaiannya ulama, terutama ulama-ulama
yang berasal dari daratan Yaman Hadramaut atau Ulama-ulama yang
menyandarkan dirinya kepada Ajaran Rasulullah SAW, Sahabat, Ulama Salaf
dan Khalaf serta ulama-ulama pejuang kita seperti Walisongo dan
ulama-ulama yang sekarang. Perhatikan Topi mereka yang mirip dengan
Imamanya para Kyai atau Habaib, coba perhatikan imamanya para walisongo
dan juga para habaib sekarang, atau coba lihat film UMAR BIN KHATTAB,
seperti itulah cara pemakaian imama. Dan pemakaian imama ini sudah
menjadi bagian Trendsetter ulama kita dari dulu sampai sekarang...Imama
sendiri adalah sorban yang diikat secara melilit dan beraturan dengan
cara menyilang dan berada diiatas kepala dengan cara yang sudah
diajarkan Nabi Muhammad SAW, sehingga untuk membuat sebuah imama
biasanya standar pemakaian ala Nabi Muhammad SAW sering dilakukan.
standar pemakaian imama pada Nabi Muhammad ini bila sudah jadi, memang
sangat enak dipandang, lihat Imamanya Sayyid Umar bin Hafidz dan para
muridnya yang sekarang, terlihat tertata sekali cara pembuatan
imamanya. Bahkan Sayyid Umar bin Hafidz mempunyai ijazah dan sanad
sampai Rasulullah SAW tentang bagaimana cara membuat imama dikepala, dan
biasanya sanad tentang Imama ini tidak diijazahkan sembarangan, hanya
beberapa ulama dan khususnya murid murid beliau saja yang tertentu yang
diberikan ijazah dan sanad tentang imama atau sorban yang dililit
dikepala ini. Tidak itu saja budaya imama ini akhinrya juga diadaptasi
menjadi BLANGKON dalam budaya Jawa oleh SUNAN KALIJAGA. Kalau mau jujur
Blangkon adalah adaptasi Imama yang dipakai oleh ulama walisongo, namun
karena SUNAN KALIJAGA menginginkan Islam diterima lewat jalur budaya
lokal, maka beliaupun berkreasi dengan membuat BLANGKON dengan
mengadaptasi dari IMAMA..
Nah Di Komering sendiri yang Islamnya sudah masuk sekitar abad 14
Masehi (bersamaan dengan walisongo) ternyata atribut atribut keulamaan
sering dipakai dalam berbagai budaya mereka, termasuk pakaian pengantin.
Sebenarnya tidak hanya komering, daerah Nusantara lainnyapun juga
mengadaptasi atribut keulamaan ini, terutama daerah-daerah yang
dahulunya merupakan wilayah kesultanan Islam. Tidak usah heran disamping
ada topi atau peci pengantin yang mirip seperti imama (sudah permanen
dan tidak pakai lilitan kain sorban) ada juga atiribut lain seperti
pakaian luar yang dalam bentuk Jubah yang sudah dimodifikasi. Jubah ini
juga sudah biasa dipakai oleh para ulama walisongo dan juga ulama-ulama
lainnya..Seorang ulama bila sudah berani memakai Jubah disamping gamis,
maka biasanya ulama seperti ini kapasitas keilmuannya diatas rata rata
dari ulama yang lain. Bahkan warna-warna Jubah itu sering disesuikan
dengan warna-warna kecintaan Nabi Muhammad SAW seperti warna hijau..Saya
sendiri waktu melihat kakak saya menikah dengan adat Komering, cukup
kaget juga, lho kok pakaian pengantinnya mirip dengan pakaian ulama.
Setahu saya pakaian adat komering ada yang memakai budaya Sriwijaya yang
badan lelakinya diperlihatkan serta atribut-atribut yang melambangkan
kebesaran Sriwijaya. Kadang-kadang saya juga cukup kagum dengan mempelai
wanita yang kuat menahan atribut-atribut yang ada dikepala mereka,
padahal beratnya minta ampun atribut itu, tapi itulah demi lestarinya
budaya kita, semua bisa lakukan. Namun di Komering sendiri ternyata
pakaian pengantin ala ulama juga tidak kalah populernya. Bahkan ada
terkesan gagah dengan memakai pakaian itu. Yang lebih mengagetkan saya
adalah ketika saya lihat ada semacam arak-arakan dengan menggunakan
payung, dan ini sangat mirip dengan budaya yang ada di Yaman, dimana
dalam acara-acara seperti ini arak-arakan selalu menggunakan payung yang
dihiasi dengan atribut berwarna warni sambil diputar putar atau
digoyang giayang dan ini biasanya diadakan demi untuk merasakan
kebahagian sang mempelai..Saya jadi bertanya-tanya kenapa kok pengaruh
budaya Islam khususnya dalam bentuk atribut di Komering ini cukup kuat
ya. Apalagi juga menurut ayah saya, orang komering yang agamanya bukan
Islam itu adalah Aib besar. Bahkan menurut ibu saya bahwa sejak ratusan
tahun yang lalu tidak pernah terdengar Komering didominasi dengan agama
yang lain kecuali Islam. Bahkan menurut ayah saya yang juga cukup
mengerti sejarah Komering bahwa"Sekeras-kerasnya" Orang komering atau
"Sejahat-jahatnya atau sejelek jeleknya orang komering" , Untuk masalah
agama Islam itu adalah harga mati, jadi kalau ada orang komering dan
agamanya bukan Islam, patut dipertanyakan kekomeringannya, Orang
Komering Asli pasti Islam!, Kalaupun ada agama lain, sudah bisa
dipastikan kalau itu adalah pendatang-pendatang baru, bukan penduduk
asli Komering. Kita harus tahu sekalipun dulunya ada budaya animisme
didalam kehidupan masyarakat komering, namun setelah kedatangan para
penyebar islam yang merupakan kerabat walisongo, maka kepercayaan
terhadap agama Islam ini menjadi sangat kuat dan mengakar sampai
sekarang. Ini sangat mirip dengan fanatiknya suku Betawi dan Madura
terhadap Islam. Dan memang setelah saya mempelajari siapa saja
penyebar-penyebar Islam serta kuatnya para penganut Islam di Komering,
maka dapat saya simpulkan bahwa para ulama yang menyebarkan agama Islam
di Komering ternyata telah berhasil mewarnai budaya komering dengan luar
biasa . Apalagi para penyebar agama Di Komering juga secara nasab
memiliki ikatan nasab atau silsilah dengan beberapa ulama walisongo,
sehingga tidak heran merekapun dalam berdakwah mampu melakukan asimilasi
dengan masyarakat setempat termasuk dalam atribut budaya komering..
Jadi dapat dikatakan Islam telah mengakar pada budaya suku yang
berada dipedalaman Sumatra Selatan karena jasa ulama yang telah ikhlas
menyebarkan agama Islam disebuah tempat yang terpencil dan terjepit
antara Palembang dan Lampung...
Wallahu A'lam Bisshowab......