Welcome To Blog Cinda Finanda.FC

Minggu, 06 Januari 2013

ATRIBUT DALAM PERNIKAHAN OKU

ATRIBUT ULAMA DALAM PERNIKAHAN ADAT KOMERING (Berhasilnya Agama Islam dalam mewarnai budaya masyarakat Komering)

Pernah melihat beberapa atribut-atribut adat pernikahan bangsa kita?, seperti suku Betawi, Aceh, Palembang dan khususnya daerah Komering yang berada dipedalaman Sumatra Selatan serta beberapa daerah lainnya..Kalau kita cermati ada satu ciri yang menarik terhadap atribut-atribut dalam adat dan budaya perkawinan itu. Diantara sekian atribut yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah gaya berpakaian kedua mempelai terutama yang pria, ternyata hampir dapat dipastikan atribut dari kepala sampai kaki bla kita perhatikan dengan teliti telah mendapat pengaruh dari cara berpakaiannya ulama, terutama ulama-ulama yang berasal dari daratan Yaman Hadramaut atau Ulama-ulama yang menyandarkan dirinya kepada Ajaran Rasulullah SAW, Sahabat, Ulama Salaf dan Khalaf serta ulama-ulama pejuang kita seperti Walisongo dan ulama-ulama yang sekarang. Perhatikan Topi mereka yang mirip dengan Imamanya para Kyai atau Habaib, coba perhatikan imamanya para walisongo dan juga para habaib sekarang, atau coba lihat film UMAR BIN KHATTAB, seperti itulah cara pemakaian imama. Dan pemakaian imama ini sudah menjadi bagian Trendsetter ulama kita dari dulu sampai sekarang...Imama sendiri adalah sorban yang diikat secara melilit dan beraturan dengan cara menyilang dan berada diiatas kepala dengan cara yang sudah diajarkan Nabi Muhammad SAW, sehingga untuk membuat sebuah imama biasanya standar pemakaian ala Nabi Muhammad SAW sering dilakukan. standar pemakaian imama pada Nabi Muhammad ini bila sudah jadi, memang sangat enak dipandang, lihat Imamanya Sayyid Umar bin Hafidz dan para muridnya yang sekarang, terlihat tertata sekali cara pembuatan imamanya. Bahkan Sayyid Umar bin Hafidz mempunyai ijazah dan sanad sampai Rasulullah SAW tentang bagaimana cara membuat imama dikepala, dan biasanya sanad tentang Imama ini tidak diijazahkan sembarangan, hanya beberapa ulama dan khususnya murid murid beliau saja yang tertentu yang diberikan ijazah dan sanad tentang imama atau sorban yang dililit dikepala ini. Tidak itu saja budaya imama ini akhinrya juga diadaptasi menjadi BLANGKON dalam budaya Jawa oleh SUNAN KALIJAGA. Kalau mau jujur Blangkon adalah adaptasi Imama yang dipakai oleh ulama walisongo, namun karena SUNAN KALIJAGA menginginkan Islam diterima lewat jalur budaya lokal, maka beliaupun berkreasi dengan membuat BLANGKON dengan mengadaptasi dari IMAMA..
Nah Di Komering sendiri yang Islamnya sudah masuk sekitar abad 14 Masehi (bersamaan dengan walisongo) ternyata atribut atribut keulamaan sering dipakai dalam berbagai budaya mereka, termasuk pakaian pengantin. Sebenarnya tidak hanya komering, daerah Nusantara lainnyapun juga mengadaptasi atribut keulamaan ini, terutama daerah-daerah yang dahulunya merupakan wilayah kesultanan Islam. Tidak usah heran disamping ada topi atau peci pengantin yang mirip seperti imama (sudah permanen dan tidak pakai lilitan kain sorban) ada juga atiribut lain seperti pakaian luar yang dalam bentuk Jubah yang sudah dimodifikasi. Jubah ini juga sudah biasa dipakai oleh para ulama walisongo dan juga ulama-ulama lainnya..Seorang ulama bila sudah berani memakai Jubah disamping gamis, maka biasanya ulama seperti ini kapasitas keilmuannya diatas rata rata dari ulama yang lain. Bahkan warna-warna Jubah itu sering disesuikan dengan warna-warna kecintaan Nabi Muhammad SAW seperti warna hijau..Saya sendiri waktu melihat kakak saya menikah dengan adat Komering, cukup kaget juga, lho kok pakaian pengantinnya mirip dengan pakaian ulama. Setahu saya pakaian adat komering ada yang memakai budaya Sriwijaya yang badan lelakinya diperlihatkan serta atribut-atribut yang melambangkan kebesaran Sriwijaya. Kadang-kadang saya juga cukup kagum dengan mempelai wanita yang kuat menahan atribut-atribut yang ada dikepala mereka, padahal beratnya minta ampun atribut itu, tapi itulah demi lestarinya budaya kita, semua bisa lakukan. Namun di Komering sendiri ternyata pakaian pengantin ala ulama juga tidak kalah populernya. Bahkan ada terkesan gagah dengan memakai pakaian itu. Yang lebih mengagetkan saya adalah ketika saya lihat ada semacam arak-arakan dengan menggunakan payung, dan ini sangat mirip dengan budaya yang ada di Yaman, dimana dalam acara-acara seperti ini arak-arakan selalu menggunakan payung yang dihiasi dengan atribut berwarna warni sambil diputar putar atau digoyang giayang dan ini biasanya diadakan demi untuk merasakan kebahagian sang mempelai..Saya jadi bertanya-tanya kenapa kok pengaruh budaya Islam khususnya dalam bentuk atribut di Komering ini cukup kuat ya. Apalagi juga menurut ayah saya, orang komering yang agamanya bukan Islam itu adalah Aib besar. Bahkan menurut ibu saya bahwa sejak ratusan tahun yang lalu tidak pernah terdengar Komering didominasi dengan agama yang lain kecuali Islam. Bahkan menurut ayah saya yang juga cukup mengerti sejarah Komering bahwa"Sekeras-kerasnya" Orang komering atau "Sejahat-jahatnya atau sejelek jeleknya orang komering" , Untuk masalah agama Islam itu adalah harga mati, jadi kalau ada orang komering dan agamanya bukan Islam, patut dipertanyakan kekomeringannya, Orang Komering Asli pasti Islam!, Kalaupun ada agama lain, sudah bisa dipastikan kalau itu adalah pendatang-pendatang baru, bukan penduduk asli Komering. Kita harus tahu sekalipun dulunya ada budaya animisme didalam kehidupan masyarakat komering, namun setelah kedatangan para penyebar islam yang merupakan kerabat walisongo, maka kepercayaan terhadap agama Islam ini menjadi sangat kuat dan mengakar sampai sekarang. Ini sangat mirip dengan fanatiknya suku Betawi dan Madura terhadap Islam. Dan memang setelah saya mempelajari siapa saja penyebar-penyebar Islam serta kuatnya para penganut Islam di Komering, maka dapat saya simpulkan bahwa para ulama yang menyebarkan agama Islam di Komering ternyata telah berhasil mewarnai budaya komering dengan luar biasa . Apalagi para penyebar agama Di Komering juga secara nasab memiliki ikatan nasab atau silsilah dengan beberapa ulama walisongo, sehingga tidak heran merekapun dalam berdakwah mampu melakukan asimilasi dengan masyarakat setempat termasuk dalam atribut budaya komering..
Jadi dapat dikatakan Islam telah mengakar pada budaya suku yang berada dipedalaman Sumatra Selatan karena jasa ulama yang telah ikhlas menyebarkan agama Islam disebuah tempat yang terpencil dan terjepit antara Palembang dan Lampung...
Wallahu A'lam Bisshowab......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar